Meningkat dari 2018, Dipicu Meningkatnya Lapangan Usaha Infrastruktur

Berandankrinews.com – TANJUNG SELOR – Perekonomian di Kalimantan Utara (Kaltara) pada 2019 diyakini akan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dengan range sebesar 6,92 hingga 7,32 persen (yoy). Meningkat dari tahun sebelumnya. Di mana secara keseluruhan pada 2018, pertumbuhan ekonomi Kaltara sebesar 6,0 persen  (yoy).

Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie menyampaikan optimisme tersebut, berdasar Laporan Perekonomian Provinsi Kaltara Mei 2019 yang dirilis Bank Indonesia Perwakilan Kaltara, baru-baru ini. Dikatakannya, dari dalam negeri, sesuai prediksi dan analisis Bank Indonesia peningkatan diperkirakan berasal dari lapangan usaha konstruksi. Ini sejalan dengan terus berlanjutnya percepatan pembangunan proyek strategis dan infrastruktur yang dilakukan sepanjang 2019. Salah satu proyek utama di Kaltara yaitu Proyek Strategis Nasional (PSN) Kawasan Industri Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning.

“Perkembangan terakhir, pembebasan lahan telah dilakukan di seluruh area yang harus dibebaskan untuk keperluan pembangunan bendungan PLTA Tahap I yang seluas 200 hektar (ha) lebih dan telah ditetapkannya tenggat waktu untuk dinas dan instansi terkait dalam rangka percepatan pembangunan,” kata Irianto.

Pembangunan infrastruktur lainnya, lanjut Gubernur, adalah jalan perbatasan yang berdasarkan data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PU dan PR), sepanjang 2019 akan dilakukan pembukaan jalan perbatasan di Kaltara sepanjang 126 kilometer. Lebih lanjut, konsumsi swasta diperkirakan akan tumbuh meningkat yang didorong oleh perbaikan ekonomi dan tersedianya lapangan kerja seiring dengan pembangunan proyek strategis di berbagai wilayah di Kaltara. “Adanya momen Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang berlangsung belum lama ini juga mampu mendorong konsumsi swasta Kaltara di 2019,” ucap Gubernur.

Sejalan dengan itu, BI juga memperkirakan bahwa pelemahan ekonomi global bakal menjadi faktor penahan utama peningkatan perekonomian Kaltara pada 2019. “International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook periode Mei 2019 merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini. Dari semula 3,50 persen (yoy) pada periode Oktober 2018 menjadi 3,30 persen (yoy),” tutur Irianto.

Di samping itu, pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan melambat turut meningkatkan ketidakpastian pasar. Berbagai identifikasi menunjukkan pertumbuhan ekonomi dunia semakin konvergen melambat didorong revisi ekonomi AS, Eropa, Jepang dan Tiongkok yang keseluruhannya memperlihatkan tren perlambatan. “Perkembangan ini berdampak pada penurunan mayoritas harga komoditas dunia yang juga didorong oleh peningkatan pasokan dari AS,” jelas Gubernur.

Irianto menyebutkan, pada 2019, konsumsi dan investasi diperkirakan melambat disebabkan dampak stimulus fiskal yang mereda dan permasalahan struktural tenaga kerja. Antara lain, produktivitas

dan participation rate yang masih rendah. Kondisi ini menyebabkan tertahannya ekspansi sektor industri di tengah permasalahan trade war AS-Tiongkok yang masih terus berlanjut hingga triwulan II 2019 serta ketidakpastian kebijakan Trump di dalam negeri AS. Lebih lanjut, perlambatan ekonomi Tiongkok berlanjut seiring dengan dampak trade war pada ekspor, konsumsi domestik (terkait wealth effect), dan sektor industri.(humas)