Adama: Tidak Akan Ada Kelangkaan Gas Elpiji Bersubsidi Jika Pasokan Datang Sekaligus

Foto: Anggota DPRD Kabupaten Nunukan, Adama

Nunukan – Sengkarut penyaluran Gas Elpiji 3 Kg di Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) hingga saat ini belum dapat terurai. Hal tersebut tak hanya menimbulkan kegelisahan ditengah masyarakat namun juga mengundang keprihatinan berbagai pihak.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupeten Nunukan, Adama menilai, persoalan Penyaluran Gas Elpiji 3 Kg bersubsidi tak akan mengalami kesemrawutan apabila Pasokan datang sekaligus sesuai kuota. 

” Yang menyebabkan Kelangkaan itu salah satunya adalah jumlah pasokan yang tidak sesuai dengan kuota,” ujar Adama kepada Pewarta, Senin (17/5)


Sebagaimana diketahui, Kabupaten Nunukan sendiri mendapatkan suplai poin sebanyak 74.000 tabung gas 3 kilogram per bulan dengan suplai per minggu sekitar 14.000 sampai 16.000.


Menurut Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut, meskipun Kuota pasokan tersebut telah sesuai dengan data Dirjen Migas kepada pihak PT Pertamina, namun ia mengingatkan bahwa fakta di lapangan sangat berbeda.


” Ini tabung yang kosong dan siap tukar per minggunya melebihi jumlah pasokan. Disinilah sebenarnya benang kusut penyaluran gas elpiji bersubsidi itu  bisa diurai,” tandasnya.


Seharusnya, menurut Adama, Pertamina jangan memasok gas elpiji bersubsidi secara berkala dari kuota yang ada. Pasalnya, penyaluran secara berkala itulah yang menyebabkan penukaran tabung gas kosong dengan tabung gas yang datang mengalami kesemrawutan.


“Bagaimana tidak semrawut. Contoh, Ini tabung yang siap tukar ada 25.000 sementara yabg datang hanya 14 hingga 16 ribu tabung. Yang 9 ribuan tabung itulah akan ditukar kemana? Seandainya yang pasokan itu jumlahnya sesuai dengan tabung siap tukar milik masyarakat, saya kira tidak akan lagi ada kelangkaan,” tuturnya 


Pasokan secara berkala itu, ungkap Adama, juga berpotensi terjadinya mavioso gas bersubsidi. Karen sangat mungkin adanya pihak – pihak yang mengambil keuntungan pribadi dari kelangkaan Gas Bersubsidi tersebut.


Ia juga mengingatkan bahwa Nunukan itu adalah wilayah kepulauan. Untuk itu perlu juga bagi Pertamina mengantisipasi hal – hal diluar teknis saat membawa tabung – tabung tersebut menuju Nunukan.


“Saya kira menambah kuota pasokan sebagai cadangan juga langkah baik. Kita tidak meminta, tapi jika terjadi hal – hal yang tak diinginkan dengan kapal pengangkut, jika ada kapal cadangan tentu tak kan berpengaruh untuk masyarakat. Tapi jika hanya 1 saja kapal yang datang membawa pasokan lantas mengalami kendala perjalanan, tentu imbas parahnya akan meminta masyarakat Nunukan yang telah menunggu dengan tabung kosong,” pungkasnya. (Eddy Santry)