Robi Nahak : Sepanjang Ada Niat,Bukan Mustahil Nunukan Jadi Lumbung Pangan Nasional

NUNUKAN – Ditunjuknya Kabupaten Nunukan oleh Pemerintah Pusat sebagai salah satu daerah penyangga pangan untuk Ibu Kota Negara membuat mata publik bertanya tentang potensi dari Kabupaten yang wilayahnya sebagian berbatasan langsung dengan Malaysia tersebut.

Banyak yang optimis bahwa Nunukan memang layak menjadi penyangga pangan namun tak sedkit yang pesimis pada kemampuan Kabupaten Nunukan dalam menyuplay pangan nantinya.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid melalui Asistsen II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Robi Nahak menegaskan bahwa Kabupaten Nunukan sangat siap menjadi penyangga pangan Ibu Kota Negara.

Dengan sumber daya alam yang dimiliki, menurut Robi tak ada alasan untuk tidak memanfaatkanya secara maksimal. “Tentu kita sangat siap. Kita memiliki sumber daya alam di sektor agrari maupun bahari yang tidak sedikit,” tutur Robi kepada Pewarta di Tarakan, Sabtu (14/2019).

Robi mengungkapkan, di sektor agararia misalnya, saat ini hampir ribuan hektar hutan yang sudah terbuka menjadi lahan tidur dan tak dimanfatkan secara maksimal.

Padahal banyak komoditas pangan unggulan seperti jagung, ketela, padi dan pala wija yang apabila dikembangbiakan pada lahan-lahan tersebut, dipastikan akan menjadi komoditi unggulan.

“Ada yang membantah kwalitas beras organik atau beras Adan di Krayan? Itu baru satu contoh kecil. Kalau semua lahan tidur kita akomodir menjadi lahan produktif, tanami padi atau jagung, sudah pasti Nunukan sebagai penyangga pangan sangat mungkin direalisasikan,” tadas Robi.

Hal tersebut menurut Robi juga sebagai pembantah anggapan bahwa Nunukan tak mampu setara dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia dalam hal menciptakan ketahanan pangan.

Disisi lain, pesimisme dari pihak-pihak tertentu yang meragukan Nunukan sebagai daerah penyangga pangan Ibu Kota Negara, justru menjadi penyemangat bagi Pemkab Nunukan untuk membuktikan program-programnya.

“Dengan kegotong royongan semua elemen di Nunukan dalam pemanfaatan lahan tidur, kita yakin bahwa Nunukan sebagai penyangga pangan Ibu Kota Negara, bukan retorika semata,” pungkasnya.

Terpisah, senada dengan Robi Nahak, Ketua Serikat Tani Nasional (STN) Agus Lepang menyatakan bahwa Nunukan adalah daerah yang secara kultural alam sangat mendukung sebagai basis pangan nasional. Tapi menurutnya, harus diimbangi dengan kebijakan dari Pemerintah untuk alokasi anggaran yang berorientasi pada sektor pertanian.

“Saya rasa tidak berlebihan kalau Pemkab Nunukan menyatakan kesiapanya sebagai penyangga pangan IKN (ibu kota negara-red) karena lahanya sudah ada. Tinggal bagaimana mengakomodir lahan-lahan tidur tersebut,”ungkap pria yang akrab dipanggil Aleg tersebut.

Namun eks aktivis Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND) tersebut menilai, pemanfaatan lahan tidur juga harus diimbangi insfratruktur pertanian.

Karena selama ini kendala masyarakat dalam mendistribusikan hasil pertanianya adalah tidak tersedianya akses transportasi.

Tidak adanya jalan tani tersebut yang menjadikan hasil pertanian masyarakat Nunukan terlambat atau bahkan tidak bisa sama sekali sampai ke konsumen. “Padahal kalau jalan tani tersedia, para petani Nunukan sedikit banyak pasti menguasi pasar. Ini PR buat Pemerintah Daerah,” ujarnya.

Hal tersebut membuat sebagian masyarakat Nunukan terutama yang bermukim di Perkotaan, tak dapat melihat fakta bahwa sebenarnya Nunukan belimpah dalam pangan.

Sehingga apabila ada sebagian kecil masyarakat yang pesimis bahwa Nunukan akan mampu menjadi lumbung pangan nasional, tentu hal tersebut harus dimaklumi.

“Mereka yang pesimis bahkan meremehkan Pemkab Nunukan atas kesiapanya sebagai penyangga pangan IKN harus kita maklumi. Karena mereka tidak tahu yang sebenarnya bahwa alam Nunukan ini sangat mampu untuk mewujudkanya,” tegas Aleg. (e.Santry)

Pemerintah Persiapkan Nunukan Sebagai Penyangga Pangan Ibu Kota Negara

NUNUKAN – Pasca penetapan terkait pemindahan Ibu Kota negara ke Kalimantan Timur, Kementerian dan Lembaga langsung melakukan persiapan seperti halnya kementerian pertanian (Kementan) yang telah menetapkan 3 Kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara sebagai daerah penyangga pangan untuk Ibukota Negara, salah satunya adalah Kabupaten Nunukan.

Hal tersebut disampaikan melalui pemaparan Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang disampaikan  Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Pertanian (Kementan), Justan Riduan Siahaan saat memimpin rapat koordinasi dengan pemerintah Daerah se Provinsi Kalimantan Utara, diruang pertemuan Kantor Gubernur Kalimantan Utara pada Kamis (12/9/2019).

“Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan bersama Kabupaten Malinau  di Provinsi Kaltara disiapkan sebagai daerah penyangga pangan Ibukota baru yang akan dibangun 2024 mendatang di Provinsi Kalimantan Timur,” ungkap Justin

Justin mengatakan ini merupakan langkah strategis guna menyediakan pangan Ibukota baru secara berdaulat atau tanpa impor. Kementan akan menyiapkan Kabupaten Bulungan dan Nunukan sebagai sentra produksi padi, cabai dan bawang merah. Sedangkan Kabupaten Malinau disiapkan menjadi sentra produksi padi dan jagung.

Dikatakan, selain produk pangan yang telah ditetapkan kementan, daerah juga diminta untuk menyiapkan produk pangan lain untuk di kembangkan namun menurutnya daerah diminta dapat dilakukan di satu kawasan sehingga nantinya kedepan dapat dikembangkan menjadi sebuah industri.

“Kementan berharap daerah tidak melakukan per spot-spot, dibuatkan suatu kawasan pangan,” ungkapnya.

Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid yang diwakili oleh Asisten Ekonomi Pembangunan Robby N Serang SH mengaku menyambut baik program yang dicanangkan pemerintah pusat dan menetapkan Kabupaten Nunukan sebagai salah satu daerah penyangga pangan untuk ibukota negara. 

Robby mengatakan untuk ketersedian lahan di Nunukan dinilai masih cukup luas untuk kebutuhan tanaman pangan dan hortikultura. Menurut Robi, apabila lahan-lahan tidur yang saat ini cenderung terbiarkan dapat dimanfaatkan, maka rencana Pemerintah tersebut bukan omong kosong.

“Menurut saya masih ada ratusan bahkan ribuan hektar lahan-lahan produktif yang saat ini nampak terbiarkan. Kalau lahan tersebut dimanfaatkan, swa sembada pangan bukan sebuah kemustahilan,” tuturnya.

Lebih lanjut Robi kembali mengungkapkan bahwa Nunukan adalah salah satu dari wilayah di Indonesia yang berada dalam zona ekonomi agraria dan bahari. Untuk sektor laut dan sungai telah tersedia berbagai biotanya, begitu pula dengan di daratan tak kalah kaya dengan sumber daya alamnya.

“Tinggal kita bagaimana mengelola semua karunia Tuhan itu dengan rasa syukur. Tentang jenis² komoditi apa yang akan di kembang biakan dan diberdayakan, tentu disesuaikan dengan kultur alam di wilayah tersebut. Intiya kita siap dan berupaya agar tak ada lagi lahan yang mubazir,” pungkas Robi. (eddy.Santry)

Terapkan SIMRAL,Nunukan Siap Lepas Landas Kemandirian IT Tahun 2020

NUNUKAN – Pasca penyerahan aplikasi SIMRAL beberapa waktu lalu di kabupaten Banyuwangi sebagai tindak lanjut kerjasama (Mou dan PKS) 2 (dua) daerah yakni kab. Nunukan dn Kabupaten Banyuwangi, Tim Teknis Implementasi SIMRAL yang komandoi langsung oleh kepala DISKOMINFOTIK melakukan ekspose fitur SIMRAL di hadapan Sekda dan pemangku kepentingan atau pengguna langsung dari aplikasi tersebut yakni dari BAPPEDA LITBANG, BKAD, serta dari BP2RD di ruang Ruang Rapat Sekretaris Daerah, Selasa (10/09

Dihadapan Sekda dan stake holder aplikasi tersebut, Tim Teknis tidak hanya memaparkan tahapan dan teknis Implementasi Simral di Kabupaten Nunukan, akan tetapi juga memaparkan skenario/skema pengembangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau yang familiar dikenal dengan istilah (e-Government).

Dalam paparan tersebut disampaikan bahwa ada 2 (dua) kata kunci teknis dalam hal pengembangan e-Gov, yaitu pengembangan sistem (aplikasi) dan Integrasi system (aplikasi), kedua kata kunci tersebut hanya bisa dilakukan jika didukung oleh pengkondisian SDM dan keberpihakan kebijakan anggaran yang bermuara pada kemandirian pengelolaan sumber daya (resources) SPBE atau e-Government.

Pada kesempatan tersebut setelah mendengar paparan langsung dari Tim Teknis DISKOMINFOTIK, Sekretaris Daerah Kab. Nunukan Serfianus secara langsung menginstruksikan kepada pihak yang terkait langsung dengan implementasi SIMRAL di Nunukan agar mendukung target pemanfaatan SIMRAL di tahun 2020, tahapan-tahapan baik administrasi maupun teknis agar dilaksanakan sesuai dengan rencana atau jadwal, termasuk juga tahapan Training of Trainer (ToT) dari pihak Pemda Nunukan yang terdiri dari unsur DISKOMINFOTIK, BAPPEDA LITBANG, BKAD dan BP2RD yang dijadwalkan awal bulan Oktober di Banyuwangi.

“Implementasi SIMRAL yang sifatnya open source dan pengkondisian SDM dan anggaran TIK di tahun 2020 menjadi tahap lepas landas menuju kemandirian IT Kabupaten Nunukan tahun 2024 dimana DISKOMINFOTIK menjadi produsen sistem (aplikasi) yang menjadi kebutuhan Pemerintah daerah”, ujar Kepala DISKOMINFOTIK Nunukan Suprianto HP optimis menyampaikan.

Menjelaskan lebih teknis, Kepala Seksi Pengembangan Aplikasi DISKOMINFOTIK Nunukan Akmal menyampaikan bahwa teknis implementasi pada fase transisi di tahun 2020 dan 2021 akan dilakukan melalui pengkondisian database aplikasi yang sedang berjalan (aplikasi eksisting) di instansi masing-masing khususnya di BKAD, BAPPEDA LITBANG dan BP2RD dengan metode export/import dan pengkondisian jembatan aplikasi (web service) yang salah satunya adalah pemanfaatan API (Aplication Programming Interface) untuk memastikan bahwa pada fase transisi tersebut akan dilewati dengan baik tanpa mengganggu pelaksanaan tugas fungsi masing-masing instansi

“Tetapi secara khusus ekspores fitur SIMRAL akan dilakukan pada OPD tersebut setelah dilakukan pengkondisian database”, ungkap Akmal. terang Akmal.S.Kom. (Humas)

Tinggal Selangkah Lagi Bandara Regional Nunukan Akan Menjadi Bandara Internasional

NUNUKAN – Jumlah para pengguna jalur arus masuk keluar masuk masyarakat dari dan menuju Tawau, Sabah, Malaysia melalui jalur laut yang terus mengalami peningkatan membuat Pemerintah Kabupaten Nunukan terpanggil dalam meningkatkan fasilitas pelayanan yang diharap dapat menambah kenyamanan dan keamanan masyarakat.

Salah satunya adalah dengan meningkatkan jalur transportasi melalui udara. Diketahui, saat ini Pemkab Nunukan melalui Dinas Perhubungan tengah mengupayakan adanya jalur penerbangan Nunukan – Tawau dan sebaliknya. Menurut Kepala Bidang Sarana dan Pra Sarana Dinas Perhubungan Nunukan, Edi, saat ini lonjakan penumpang dari Nunukan – Tawau jumlahnya sangat singnifikan.

“Saat ini dalam per tahun nya, jumlah penumpang dari dan menuju Nunukan – Tawau tak kurang dari 1.20 ribu jiwa. Informasi dari Pelabuhan Tunontaka, jumlah penumpang kapal resmi Nunukan-Tawau saja per bulanya mencapai 7.000 orang dan penumpang lokal mencapai 23.000 orang,” ungkap Edi, usai melakukan Rapat Gabungan lintas instansi di ruang Ekbang Kantor Bupati Nunukan, Kamis (12/9/2019).

Melihat potensi tersebut, lanjut Edi, Pemkab Nunukan bukan lagi mewacanakan namun akan menindaklanjuti melalui koordinasi terkait usulan tersebut dengan Kementerian Perhubungan. Penegasan atas usulan tersebut ungkap Edi juga mendapat dukungan semua instansi terutama yang berkompeten dalam transportasi di Nunukan.

Diketahui, rapat tersebut menghasilkan keputusan terkait Master Plan Bandar Udara Nunukan dilakukan revisi yang akan mengakomodir rencana Peningkatan Status Bandar Udara Regional Nunukan menjadi Bandar Udara Internasional Nunukan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa tinggal selangkah lagi masyarakat Nunukan akan mempunyai Bandara Internasional.

“Dalam rapat tadi semua instansi sepakat memberi rekomendasi kepada Pemkab Nunukan dalam hal ini Dishub Nunukan tentang rencana Peningkatan Status Bandar Udara Regional Nunukan menjadi Bandar Udara Internasional Nunukan dengan Rute Nunukan – Tawau,” papar Edi.

Untuk itu, ungkap Edi, pihaknya akan segera menyurati Menteri Perhubungan RI terkait rencana tersebut. Dan hal ini juga akan menjadi isu utama yang akan disampaikan pada Forum Sosek Malindo.

Mengenai kajian teknis terhadap rencana Peningkatan Status Bandar Udara Regional Nunukan menjadi Bandar Udara Internasional Nunukan, Edi mengungkapkan hal tersebut akan diserahkan sepenuhnya kepada Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

Lebih jauh Edi menjelaskan bahwa dengan ditingkatkanya status Bandara Nunukan dari yang saat ini regional menjadi Bandara Internasional, maka tak hanya akan mempermudah transportasi manusia akn tetapi juga akan pengiriman produk-produk Nunukan akan semakin mudah menjelajah pasar internasional.

” Kita ketahui, untuk saat ini saja jumlah penumpang aktif dengan menggunakan Avia Star yang dibawah kendali Pemkab Nunukan karena subsidi, itu rata-rata tiap bulan ada 400 orang. Belum yang menggunakan maskapai lain. Ini adalah peningkatan pergerakan transportasi yang ada di Nunukan. Dari hal tersebut kita berani katatakan bahwa Bandara Regional Nunukan sudah layak menjadi Bandara Internasional,” pungkas Edi. (eddy.Santry)

Yosmenao TKI asal NTT Sementara Menjalani Perawatan di RSUD Nunukan, Arbain: Kita terus berupaya fasilitasi hingga pendekatan untuk dipulangkan ke kampung halaman

NUNUKAN-TKI bernama Yosmenaou (61) yang sakit kusta di Malaysia dan menjalani hukuman di pusat tahanan sementara (PTS) Tawau Malaysia, setelah dideportasi ke Kabupaten Nunukan, Balai penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia (BP3TKI) Nunukan memfasilitasi untuk dirawat di Rumah sakit umum Nunukan.

Kepala Seksi Perlindungan dan pemberdayaan BP3TKI Nunukan, Arbain mengatakan, Bapak ini masuk ke Malaysia bertiga dengan anak dan menantunya dulu secara legal, rencananya mau ketemu dan ikut keluarganya kerja di Malaysia, karena begitu lama di Tawau, Malaysia ditangkap.

“Mereka ditangkap karena over stay atau tinggal lebih lama, akhirnya diproses dan ditahan selama empat bulan di PTS Tawau dan dideportasi ke Nunukan,” jelas Arbain saat ditemui diruang kerjanya, Kamis (12/9/19).

Dikatakan Arbain, Bapak ini ada riwayat sakit, karena selama ada di PTS sakit.” Informasi dari Dokter RSUD Nunukan penyakit kusta, kemungkinan waktu masuk Malaysia belum terlalu parah, namun karena di tangkap tambah parah sakitnya bisa jadi kehabisan obatnya,” tambahnya.

Yosmenao merupakan warga asal Kecamatan Paga Kabupaten Sika, provinsi Nusa Tenggara Timur ini saat instalasi sedang menjalani perawatan di RSUD Kabupaten Nunukan.

“Sementara kita fasilitasi untuk dirawat di Rumah Sakit, kurang lebih satu minggu sudah disana, kita juga sementara lagi pendekatan kepada bapak tersebut, karena berkeras ingin kembali ke Malaysia. Sambil menunggu dari Rumah sakit untuk dikeluarkan kami terus berupaya melakukan pendekatan kepada bapak Yosmenao agar mau di pulangkan ke kampung halamannya,” ungkap Arbain.

Karena anak dan menantunya sudah setuju untuk dipulangkan, namun dari bapak ini masih berkeras ingin kembali ke Malaysia, karena anaknya masih dipenjara di Malaysia, hanya Bapak Yosmenao dan menantunya saja yang dideportasi, lanjut Arbain.

“Kami tetap lakukan pendekatan, kalau sudah keadaannya membaik kami akan pulangkan karena kalau pun mau urus dokumenkan usia sudah tidak produktif lagi, apalagi kondisi saat ini sakit dan tidak mungkin untuk diuruskan dokumen, jadi upaya kami lakukan pendekatan dan memulangkan Bapak Yosmenao ke kampung halamannya,” jelas Arbain. (OV)